Terima Kasih  Atas  Informasi,  Saran  Dan  Kritik  Anda ----- Melalui  Email : bangher7474@yahoo.co.id 

 

Rabu, 03 Maret 2010

Nelayan Sulit Dapat Tangkapan Ikan

Selasa, 23 Februari 2010 , 06:16:00

INDRAMAYU, (PRLM).- Nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu sejak sepekan terakhir menghadapi masa paceklik, akibat sulitnya mendapat tangkapan ikan. Kondisi itu terjadi karena perairan laut di wilayah tersebut tengah mengalami musim peralihan dari musim barat ke timur. Karena ikan sulit didapat, banyak nelayan terpaksa menjual alat-alat rumah tangga untuk sekadar bertahan hidup. Hal itu seperti yang dialami para nelayan di Blok Dadap Lama, Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Banyak di antara mereka yang terpaksa menjual barang-barang seperti piring, sendok, kompor, hingga sarung, dan pakaian. Menurut Khaerudin, salah seorang nelayan setempat, akibat ikan tidak bisa didapat, maka ia terpaksa menjual apa saja yang masih bisa dijual demi menyambung hidup keluarganya. Selama ini, ia mengaku biasa melaut untuk mencair ikan teri. Kegiatan melaut itu dilakukannya di perairan yang berjarak sekitar 30 mil dari muara Dadap. Ia melaut dengan menggunakan perahu jenis sope kecil tanpa didampingi anak buah kapal (ABK). Dalam kondisi normal, Khaerudin mengaku biasa mendapat ikan teri kurang lebih lima kilogram per hari. Teri hasil tangkapan dijualnya kepada bakul dengan harga Rp 15.000,00 per kilogram. Setelah dipotong kebutuhan perbekalan melaut, dia bisa membawa pulang uang untuk keluarganya sekitar Rp 30.000,00 – Rp 40.000,00 per hari. Namun, sejak seminggu terakhir, berlangsung musim peralihan di laut, dari musim barat menjadi musim timur, atau dikenal nelayan sebagai musim paila (paceklik). Musim itu biasanya baru mulai pada Maret dan berakhir April. Dengan demikian, nelayan baru bisa menikmati tenangnya melaut pada bulan Mei. Namun akibat perubahan cuaca yang tidak bisa diprediksi, musim paila tahun ini ternyata sudah dimulai pada Februari. Udi Wahyudi, nelayan lainnya, mengakui ia terpaksa menyuruh istrinya menjual piring, sendok, dan kompor yang mereka miliki. Uang hasil penjualannya kemudian digunakan untuk membeli beras maupun lauk-pauk sehari-hari. Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, membenarkan adanya kebiasaan nelayan menjual barang-barang rumah tangga saat musim paila. ”Kebiasaan itu terpaksa dilakukan karena nelayan tidak memiliki pilihan lain untuk bertahan hidup,” ujarnya. (A-96/A-147)***

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=129272

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

INTERNASIONAL

SOSBUD

HUKUM

EKONOMI

REALITAS PUBLIK Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template