Terima Kasih  Atas  Informasi,  Saran  Dan  Kritik  Anda ----- Melalui  Email : bangher7474@yahoo.co.id 

 

Sabtu, 08 Agustus 2009

Pasien DBD di RSUD Indramayu Membludak INDRAMAYU--Seiring dengan meningkatnya curah hujan sepanjang Desember 2008, masyarakat di Kabupaten Indramayu harus mewaspadai penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, penyebaran penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut semakin meningkat. Hal itu seperti yang terlihat dari banyaknya jumlah pasien DBD di RSUD Indramayu. Berdasarkan data di ruang perawatan anak rumah sakit tersebut, Ahad (14/12), jumlah pasien DBD sejak 1 Desember – 14 Desember telah mencapai 58 anak. Dari jumlah itu, tiga anak diantaranya bahkan meninggal dunia karena kondisinya yang sudah sangat parah. ‘’Saat pertama kali datang ke rumah sakit, ketiga pasien tersebut sudah dalam kondisi syok dan trombosit yang sangat rendah,’’ ujar salah seorang perawat di ruang perawatan anak yang enggan disebut namanya, Ahad (14/12). Tak hanya pada Desember, peningkatan jumlah pasien DBD yang dirawat di RSUD Indramayu juga telah mulai terjadi sejak November 2008. Sepanjang November 2008, jumlah pasien yang menderita penyakit yang disebabkan virus Dengue itu telah mencapai 44 orang. Dari jumlah tersebut, pasien yang meninggal dunia mencapai lima orang. Namun, peningkatan jumlah pasien DBD itu tidak sampai membuat pihak rumah sakit menyediakan tempat tidur tambahan. Seluruh pasien masih dirawat di ruang perawatan yang telah tersedia. Salah seorang ibu kandung pasien Faridah (9) yang bernama Hujaenah (36), menjelaskan, anaknya itu dirawat di rumah sakit sejak Rabu (10/12). Dia mengatakan, anaknya tersebut menderita panas tinggi dan trombosit darah yang rendah. ‘’Saya segera membawanya ke rumah sakit karena khawatir panas badannya tidak turun-turun,’’ kata Hujaenah, yang tinggal di Kelurahan Lemahabang, Kecamatan Indramayu. Hal senada diungkapkan ibu kandung pasien lainnya Watiah (13), yang bernama Nursinah (37). Dia mengungkapkan, anaknya pun menderita panas tinggi selama berhari-hari. ‘’Selain anak saya, banyak anak lainnya di desa kami yang juga mengalami gejala penyakit DBD,’’ tutur Nursinah, yang merupakan warga RT 15 RW 03 Desa Legok, Kecamatan Lohbener. Salah seorang dokter jaga di RSUD Indramayu, dr Iwan Nurwinar, mengatakan, peningkatan jumlah pasien DBD tersebut memang cukup memprihatinkan. Apalagi, sambung dia, hampir seluruh pasien merupakan anak-anak. ‘’Penyebaran penyakit DBD ini memang dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya musim penghujan,’’ tandas Iwan. Menurut Iwan, turunnya hujan akan menimbulkan genangan air di tempat-tempat penampungan air yang terbuka. Padahal, terang dia, tempat penampungan air yang terbuka itu menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes Aegypti. Karena itulah, tandas Iwan, masyarakat harus menggiatkan kembali program 3M (mengubur, menguras, menutup). Dengan cara tersebut, sambung dia, nyamuk tidak memiliki tempat untuk bertelur sehingga dapat menurunkan perkembangbiakan nyamuk yang memiliki ciri-ciri belang hitam dan putih pada tubuhnya tersebut. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ind ramayu, dr Suwardi, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya peningkatan jumlah penderita penyakit DBD. Dia mengungkapkan, salah satu pemicunya memang musim penghujan yang menimbulkan banyaknya genangan air. Untuk mencegah semakin meningkatnya serangan penyakit DBD, Suwardi menjelaskan, pihaknya telah menggiatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kebersihan lingkungan. Selain itu, masyarakat pun diimbau untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seperti yang telah diinstruksikan oleh bupati Ind ramayu. ‘’Kegiatan PSN secara rutin dilakukan setiap Jumat,’’ kata Suwardi saat dihubungi Republika melalui telefon selulernya. Ketika disinggung mengenai pelaksanaan fogging (penyemprotan), Suwardi mengatakan, hal itu dilakukan secara bergilir. Menurut dia, pelaksanaan fogging terutama dilakukan di daerah-daerah yang memang terdapat penderita yang telah dinyatakan positif terserang DBD. ‘’Setiap hari kita muter kok melakukan fogging secara bergilir. Kalau ada daerah yang belum di-fogging, itu berarti belum gilirannya,’’ tandas Suwardi. lis/pt By Republika Newsroom Minggu, 14 Desember 2008 pukul 20:19:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

INTERNASIONAL

SOSBUD

HUKUM

EKONOMI

REALITAS PUBLIK Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template