(20 Februari 2008)
Jakarta, 20/2/2008 (Kominfo Newsroom) – Pembangunan Kesehatan kurun waktu 2005-2009 lebih memprioritaskan pada upaya-upaya kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, dan penanggulangan penyakit menular.
“Selain itu, juga masalah gizi buruk dan krisis kesehatan akibat bencana, serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan, dan pulau-pulau terluar,” kata Menkes Siti Fadillah Supari dalam laporannya pada rapat terbatas yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Depkes, Rabu (20/2).
Rapat terbatas bidang kesehatan itu, juga dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, para Menko, para menteri di lingkungan Kementerian Kesra, Menkominfo Muhammad Nuh, Kepala BKKBN, Kepala Badan POM, Pejabat Eselon I dan II Depkes serta Direktur RS Vertikal.
Menurut Menkes pembangunan kesehatan yang telah dicapai sampai tahun 2007 adalah angka kematian bayi (AKB) telah dapat diturunkan dari 30,8 per 1.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2004 menjadi 29,4 pada tahun 2005, dan 28,1 pada tahun 2006 kemudian menjadi 26,6 pada tahun 2007.
Untuk angka kematian ibu (AKI) berhasil diturunkan dari 270 per 100.000 KH pada tahun 2004 menjadi 262 pada tahun 2005, 255 pada tahun 266 dan 248 pada tahun 2007.
Gizi kurang pada Balita berhasil diturunkan dari 25,8% pada tahun 2003 menjadi 24,7% pada tahun 2005, 23,6% pada tahun 2006 dan 21,9% pada tahun 2007. “Umur Harapan Hidup (UHH) berhasil ditingkatkan dari 66,2 pada tahun 2004 menjadi 69,8 tahun pada tahun 2005, 70,2 tahun tahun pada tahun 2006 dan 70,5 tahun pada tahun 2007,” kata Menkes.
Pelayanan program jaminan kesehatan masyarakat miskin pada tahun 2007, tetap tinggi. Data sampai dengan bulan Novermber 2007 menunjukkan, rawat jalan tingkat lanjut di RS menurun dari 6,9 juta pada tahun 2006 menjadi 5 juta kunjungan pada tahun 2007.
Penurunan kunjungan ini terjadi seiring makin baiknya sistem rujukan dan menurunnya moral hazard peserta program, sedangkan untuk rawat inap tingkat lanjut di RS tidak menunjukkan peningkatan atau penurunan yang bermakna, yaitu sekitar 1,5juta pasien pada tahun 2006 maupun 2007.
Untuk pelayanan khusus bagi pasien miskin dengan diagnosa persalinan meningkat dari 374.468 pada tahun 2005 menjadi 501.622 kasus pada tahun 2006 dan 565.711 kasus pada tahun 2007. “Hemodialisa meningkat dari 4.862 pada tahun 2005 menjadi 5.418 kasus pada tahun 2006 dan 9.893 kasus pada tahun 2007,” kata Menkes.
Operasi jantung meningkat dari 380 pada tahun 2005 menjadi 2.950 kasus pada tahun 2006 dan 4.743 kasus pada tahun 2007, operasi cesar meningkat dari 1.254 kasus pada tahun 2005 menjadi 7.141 kasus pada tahun 2006 dan 5.637 kasus pada tahun 2007.
Laparatomi meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007, operasi kanker dari 780 kasus pada tahun 2005 menjadi 617 kasus pada tahun 2006 dan 542 kasus pada tahun 2007. Open Reduction Fraktur juga meningkat dari 96 kasus pada tahun 2005 menjadi 2.744 kasus pada tahun 2006 dan 18.428 kasus pada tahun 2007.
Sementara itu, perkembangan penanggulangan penyakit menular juga telah mencapai hasil yang cukup menggembirakan. Kasus AIDS memang meningkat, ini menunjukkan surveilans yang baik, diikuti dengan upaya pengobatan dan pencegahan agar tidak menular.
Angka kesakitan penyakit Tuberculosis (TB) menurun dari 107 per 100.000 pada tahun 2005 menjadi 102 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Angka kesakitan penyakit malaria juga menurun demikian pula dengan angka kematiannya, yakni dari 0,92 persen pada tahun 2005 menjadi 0,2 persen pada tahun 2007.
Untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), kata Menkes, memang meningkat dari tahun ke tahun akibat penanganan lingkungan yang kurang baik, namun demikian angka kematiannya dapat ditekan dari 1,36% pada tahun 2005 menjadi 1% pada tahun 2007. (T.Ad/toeb/c)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar